INFO

DALAM RANGKA TAHUN BARU MASEHI #2012: BLOG SEDANG DIPERMAK ULANG.

Bersikap asertif dengan mengatakan kata "TIDAK"

Written By Informasi singkat tentang saya on Minggu, 22 Juni 2008 | 21.53

Beberapa hari lalu, saya sempat bersua kembali dengan solmed saya yang di Purwokerto. Meski via YM, bagi saya cukup senang lah bisa kontak kembali. Singkat cerita, dia kemudian curhat ke saya terkait dengan amanahnya. Maklumlah orang psikologi, bisa dijadikan tempat konseling. Mumpung bolo dewe, gratisan ae...

Salah satu hal yang kemudian ingin saya sampaikan di sini adalah bahwa teman saya mengatakan bahwa, dirinya sulit untuk mengatakan kata "TIDAK" ketika diberikan amanah. Ternyata ketika dia menceritakan amanahnya, luar biasa sekali bahwa amanahnya cukup banyak. Sampai-sampai garapan skripsinya nya pun mbuh bagaimana kabarnya.

Kawan, bisa jadi juga perihal di atas menimpa diri kita juga. Ketika diberikan amanah tugas sulit untuk kemudian mengatakan kata "TIDAK". Kalau guyonannya katanya karena orang Jawa itu biasanya bilangnya cuman nggih-nggih, tapi nggak kepanggih (iya-iya, tapi tidak kesampean). Bisa jadi juga siy karena itu, tapi kalau yang ini saya belum melakukan analisa lebih lanjut.

Berbicara soal sulit untuk mengatakan kata "TIDAK", jadi ingat akan sebuah istilah dalam psikologi, yakni "asertif". Asertif adalah suatu kemampuan untuk mengkomunikasikan apa yang diinginkan, dirasakan, dan dipikirkan kepada orang lain namun dengan tetap menjaga dan menghargai hak-hak serta perasaan pihak lain. Dalam bersikap asertif, seseorang dituntut untuk jujur terhadap dirinya dan jujur pula dalam mengekspresikan perasaan, pendapat dan kebutuhan secara proporsional, tanpa ada maksud untuk memanipulasi, memanfaatkan atau pun merugikan pihak lainnya (Rini, 2001.

Berikut di bawah ini saya copikan beberapa hal tentang asertif. (Sumber: http://www.e-psikologi.com/dewasa/assertif.htm).

Mengapa orang enggan bersikap asertif ?

Kebanyakan orang enggan bersikap asertif karena dalam dirinya ada rasa takut mengecewakan orang lain, takut jika akhirnya dirinya tidak lagi disukai ataupun diterima. Selain itu alasan “untuk mempertahankan kelangsungan hubungan” juga sering menjadi alasan karena salah satu pihak tidak ingin membuat pihak lain sakit hati. Padahal, dengan membiarkan diri untuk bersikap non-asertif (memendam perasaan, perbedaan pendapat), justru akan mengancam hubungan yang ada karena salah satu pihak kemudian akan merasa dimanfaatkan oleh pihak lain.

Seberapa asertif-kah Anda ?

Di bawah ini ada beberapa pertanyaan yang bisa Anda tanyakan pada diri Anda sendiri yang dapat menjadi indikator asertivitas.


Apakah Anda terbiasa mengekspresikan secara jelas perasaan atau pandangan Anda pada orang lain ?

Apakah Anda meminta tolong pada orang lain pada saat Anda memang membutuhkan pertolongan ?

Apakah Anda mampu mengekspresikan kemarahan atau pun rasa tidak enak Anda secara proporsional pada pihak lain yang telah membuat Anda merasa sakit hati ?

Apakah Anda suka bertanya pada orang lain pada saat menghadapi kebingungan ?

Apakah Anda mampu memberikan pandangan secara terbuka saat Anda merasa tidak sepaham dengan pendapat orang lain ?

Apakah Anda sering berbicara di depan kelas/umum ?

Apakah Anda mampu untuk berkata “tidak” pada saat Anda tidak ingin melakukan pekerjaan tersebut ?

Apakah Anda berbicara dengan sikap percaya diri, serta berkomunikasi secara hangat ?

Apakah Anda memandang wajah lawan bicara Anda pada saat Anda berbicara dengannya ?


Tips untuk bersikap assertif

Tips untuk mampu mengatakan “tidak” terhadap permintaan yang tidak diinginkan


Tentukan sikap yang pasti, apakah Anda ingin menyetujui atau tidak. Jika Anda belum yakin dengan pilihan Anda, maka Anda bisa minta kesempatan berpikir sampai mendapatkan kepastian. Jika Anda sudah merasa yakin dan pasti akan pilihan Anda sendiri, maka akan lebih mudah menyatakannya dan Anda juga merasa lebih percaya diri.

Jika belum jelas dengan apa yang dimintakan pada Anda, bertanyalah untuk mendapatkan kejelasan atau klarifikasi.

Berikan penjelasan atas penolakan Anda secara singkat, jelas, dan logis. Penjelasan yang panjang lebar hanya akan mengundang argumentasi pihak lain.

Gunakan kata-kata yang tegas, seperti secara langsung mengatakan “tidak” untuk penolakan, dari pada “sepertinya saya kurang setuju..sepertinya saya kurang sependapat...saya kurang bisa.....”

Pastikan pula, bahwa sikap tubuh Anda juga mengekspresikan atau mencerminkan “bahasa” yang sama dengan pikiran dan verbalisasi Anda...Seringkali orang tanpa sadar menolak permintaan orang lain namun dengan sikap yang bertolak belakang, seperti tertawa-tawa dan tersenyum.

Gunakan kata-kata “Saya tidak akan....” atau “Saya sudah memutuskan untuk.....” dari pada “Saya sulit....”. Karena kata-kata “saya sudah memutuskan untuk....” lebih menunjukkan sikap tegas atas sikap yang Anda tunjukkan.

Jika Anda berhadapan dengan seseorang yang terus menerus mendesak Anda padahal Anda juga sudah berulang kali menolak, maka alternatif sikap atau tindakan yang dapat Anda lakukan : mendiamkan, mengalihkan pembicaraan, atau bahkan menghentikan percakapan.

Anda tidak perlu meminta maaf atas penolakan yang Anda sampaikan (karena Anda berpikir hal itu akan menyakiti atau tidak mengenakkan buat orang lain)...Sebenarnya, akan lebih baik Anda katakan dengan penuh empati seperti : “ saya mengerti bahwa berita ini tidak menyenangkan bagimu.....tapi secara terus terang saya sudah memutuskan untuk ...”

Janganlah mudah merasa bersalah ! Anda tidak bertanggung jawab atas kehidupan orang lain...atau atas kebahagiaan orang lain, bukan.....

Anda bisa bernegosiasi dengan pihak lain agar kedua belah pihak mendapatkan jalan tengahnya, tanpa harus mengorbankan perasaan, keinginan dan kepentingan masing-masing.(jr)

0 komentar:

Posting Komentar