Ngomong-ngomong soal mudik, saya pun teringat salah satu mata kuliah di semester awal dulu. Mata kuliah kewarganegaraan. Setelah saya ingat-ingat, saya pun nggak terlalu ingat item-item apa saja yang ada di soal itu. Hanya satu yang saya ingat. Itupun sewaktu sang dosen melemparkan pertanyaan kepada para mahasiswanya. Mungkin terlalu pasif atau terlalu nggak aktif alias pada pendiem semua kali ya, akhirnya sang dosen kasih tugas seabreg ke kita-kita.
Pertanyaannya waktu itu sederhana sekali. "Kenapa orang kok senang mudik? dan dibela-belani berjubel-jubel naik bis atau kereta hanya untuk pulang ke desanya? Bahkan ada yang rela naik atap kereta api. Kenapa sih?"
Sederhana memang, tapi ternyata dalem jawabannya. Itu aja suruh njlentrehkan seabreg. Udah gitu suruh tulis tangan di kertas folio bergaris.
Kata mudik berasal dari kata "udik". Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berarti sungai di sebelah atas (arah dekat sumber) atau (daerah) di hulu sungai. Kata itu mengandung makna positif, yaitu bagian atas sungai atau bagian kepala sungai yang dekat sumber mata air, sehingga jernih dan belum terkena polusi.
Mudik di sini memiliki makna secara psikologis maupun sosiologis. Secara psikologis, orang yang mudik menginginkan suasa yang berbeda dan fresh. Rata-rata mereka yang tinggal di kota, akan merasa senang ketika melepas lelah dengan mudik, kembali pulang ke desa. Karena di rasa, desa adalah tempat yang (mendekati) sumber kesegaran, hijau (bagi daerah yang mash hijau sih), dan melepas lelah (kalau di desa nggak banyak masalah). Secara sosiologis, dengan adanya acara saling bersilaturahim, bermaaf-maafan, saling memberi pitrah (Jawa) atau ang paw (Cina kali ya) atau apalah itu namanya... menjadikan hubungan di antara sesama tambah deket dan saling membantu dan bertemu. Kira-kira gitu kali ya... Waduh nggak terlalu ahli amat di sosiologi aku.
Anyway, apapun itu saya ingin bercerita perjalanan mudik saya yang (menurut saya) penuh cerita dan warna.
Kedua kalinya saya pulang ke halaman desa (biasanya kan kampung halaman, sekarang di tulisanku tak ganti) menaiki kereta api. Biasanya naik bis. Naik kereta pertama kali sewaktu musibah banjir. Waktu itu jalur bis daerah Ngawi terputus. Sehingga saya nggak bisa pulang ke Sragen naik bis. Akhirnya alhamdulillah beberapa hari berikutnya alur darat bisa dilewati tapi dengan kereta. Meskipun terkesan seperti orang ndeso poll, karena sempat bingung mau keluarnya sewaktu dah nyampe Sragen hingga akhirnya turun Solo, gara-gara bingung buka pintu mo turun. Waduuuh...
Dengan mengucap Bismillah, semoga hal itu tidak terulang kembali di edisi kedua saya naik kereta. Dengan membawa bekal secukupnya dan tanpa oleh-oleh apapun untuk keluarga kecuali krupuk-krupukan oleh-oleh dari mitranya kantor tak bawa. Entah kenapa sewaktu naik kereta saya merasa ada sesuatu yang membuat gelisah. Seperti ada sesuatu yang hilang dari diri saya. Tapi saya coba hanya beristighfar saja. Barangkali itu adalah godaan syetan. Eh salah, syetan kan lagi dipenjara. Pikiranku saja. "Sudahlah, lupakan saja!" pikirku.
Kereta terus berjalan. Pikiranku serasa penuh sekali dengan pikiran-pikiran yang harus dipikirkan. Seolah-olah diminta untuk diam sejenak, nggak mau. Maunya berkeliaran terus di otakku. Sesekali saya melihat HP GSM ku. Sebuah SMS nangkring di sana. Eh salah. Bukan GSM tapi fleksiku. Dua undangan dari temen-temen SMA, panitia reuni SMA N 2 Sragen, dan satunya lagi reuni anak-anak Rohis (yah, meski dulunya bukan anak Rohis, tapi mereka nganggap orang Rohis. Nggak apa-apa lah. Rejeki). Beberapa kali, otakku kembali berpikir. Mudik kali ini akan seneng deh. Udah libur kantor dikasih 2 minggu, ada undangan reuni rohis, ada undangan reuni SMA lagi.
"Merasa kangen sama kawan-kawan lama!". Mungkin kalimat itu yang kemudian beberapa kali terbersit dalam hati dan pikiranku. Rindu sudah sama memori-memori jaman dulu yang rame lah, anak-anaknya gokil-gokil lah tapi polos, yang contekan lah, yang nggak mau nyontek lah, yang difitnah mo demo lah, apalah... Menyenangkan mengingat masa-masa jaman ra enak dulu.
Alhamdulillah akhirnya aku nyampe juga di Sragen. Alhamdulillah... Perasaanku bertambah senang ketika sudah bertemu dengan keluargaku, dan alhamdulillah pada sehat semua. Tambah senang lagi, pikirku mau ikutan i'tikaf di Sragen. Eh, ternyata setelah SMS mantar MR saya, katanya "dek, i'tikafnya udah pada selesai semua." Ha? Hari ke-27 udah pada selesai!. Waduuh.. reduplah hatiku wis... mau i'tikaf nggak jadi.
INFO
DALAM RANGKA TAHUN BARU MASEHI #2012: BLOG SEDANG DIPERMAK ULANG.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar