Di tengah-tengah ke-puyeng-an mengerjakan skripsi, akhirnya waktunya saya gunakan untuk menulis blog ini saja. Hmm... kadang suka iri kalau lihat blog tetangga yang suka diupdate dan bagus-bagus tulisannya. Tapi nggak masalah lah, namanya juga orang belajar. Dari perihal sederhana yang bisa ditulis aja.
Skripsi saya mengangkat korban bullying dengan tipe penelitian studi kasus. Menurut Salim, 2001, studi kasus adalah suatu pendekatan untuk mempelajari, menerangkan, atau menginterpretasi suatu kasus dalam konteks secara natural tanpa adanya intervensi dari pihak luar. Ternyata tidak mudah untuk melakukan sebuah penelitian kalau memang baru belajar (makanya belajar terus, biar gampang kerjainnya...). Usut punya usut ternyata kedalaman sebuah hasil penelitian dengan tipe penelitian adalah ketika seorang peneliti itu terus menerus menggali informasi yang terkait dengan subyek. Dan biasanya di studi kasus ini, menggunakan pihak lain yang dekat dan tahu tentang subyek. Significant others namanya. Seperti itu orang psikologi menamainya. Mungkin klo di FISIP, informan namanya.
Melakukan wawancara kepada subyek dan significant others ternyata tidak bisa dilakukan hanya sekali atau dua kali waktu saja. Bahkan bisa beberapa kali. Apalagi sifat penelitian yang studi kasus, sang peneliti musti terlibat masuk kedalamnya. Sehingga dia bisa melakukan observasi secara lebih baik. Dari banyak pengamatan yang dilakukan, penggalian informasi dari subyek, serta significant others tersebut diharapkan data yang akan didapatkan dapat valid dan reliabel. Karena ternyata, sepertihalnya ketika kita mendapatkan sebuah informasi yang perlu mendapatkan klarifikasi, kita masih perlu tabayyun (kroscek) sana-sini untuk mendapatkan kebenaran analisa. Karena sangat besar kemungkinan apa yang dikatakan si "X" tidak terlepas dari persepsi seseorang juga. Sehingga ketika kita hanya mewawancarai subyek tanpa significant others besar kemungkinan, ada beberapa hal yang subyek sembunyikan, atau dihiperbolakan, atau dipersepsikan yang berbeda. Dan hal ini akan mempengaruhi seseorang dalam menafsirkan dan mengolah informasi yang didapat.
Pengalaman dari skripsi dengan studi kasus dan juga persoalan-persoalan kantor serta organisasi yang banyak diperlukan energi untuk kroscek, saya akhirnya berpikir dan lantas mengambil kesimpulan bahwa, validitas studi kasus sama dengan aktivitas kita dalam mengklarifikasi/mengkroscek/men-tabayyun-kan sesuatu informasi atau peristiwa.
Karena di lapangan didapatkan bahwa subyek dan significant others banyak dipengaruhi oleh persepsi yang dibangun oleh masing-masing pihak. Yah, meskipun membuat saya sebagai peneliti agak puyeng tambah maneh filenya rusak dan harus nggarap ulang... Tapi sebuah kesimpulan pelajaran kehidupan telah didapatkan. Dan of course ini adalah sebuah penemuan yang berharga. Dan tentunya bagi si penulis ini. Berharga bagi saya, belum tentu bagi Anda.
INFO
DALAM RANGKA TAHUN BARU MASEHI #2012: BLOG SEDANG DIPERMAK ULANG.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar