Wacana-wacana tentang nasib ketidakpastian itu telah dilemparkan. Anehnya lagi, bahkan ada yang mengatakan informasi itu sudah pasti dan bukan wacana. Terdengar suara adzan dari masjid sebelah, tanda sholat dhuhur tiba. Namuan, orang-orang yang tengah mengadakan rapat di RSG (Ruang Serba Guna) itu belum keluar juga. Hingga akhirnya tak lama kemudian, semuanya berhamburan keluar. Tak banyak orang memang yang ikut dalam rapat itu. Hanya 10-12 orang saja. Nampak benar wajah-wajah yang berbeda sebelum mereka rapat tadi pagi. Kalimat-kalimat yang mengarah pada salah satu program yang hendak dicancel pun keluar dari para peserta rapat itu. Wajah sang koordinator program nampak tidak seperti biasanya. Meskipun senyum masih nampak di wajahnya.
Entah kenapa dan ada apa, sebelumnya saya pun tidak paham tentang kondisi dan isu yang sedang berkembang. Meskipun demikian, ketika sebuah wacana tengah berkembang, tidak sulit bagi saya untuk kemudian mencari informasi kebenaran dan kejelasannya. Akhirnya setelah beberapa hari bertabayyun, akhirnya informasi pun didapat, dan Insya Allah lebih jelas dan lebih baik.
Di tengah-tengah perasaan ketidakpastian nasib kita, akhirnya kita pun bersama-sama untuk saling menghibur diri. Lontaran kalimat, "kita harus berubah", "kita harus melakukan perubahan", "kita harus lakukan perjuangan terus", "wis pokoke dijalanke disik ae", "bantu dengan doa", dan sebagainya yang sifatnya menguatkan senantiasa dikeluarkan oleh orang-orang di sekeliling saya dan saya sendiri. Di saat kondisi seperti ini pula, selain saling terus menyemangati, akhirnya kita pun juga saling bercanda.
"Sip.... Top Markotop!" Sebuah kalimat yang keluar dari salah seorang Asdir di kantor. Kalimat ini seringkali dia keluarkan ketika menanggapi sesuatu yang menurut dia oke. "mari rapat karo Markom ae, bahasane pake 'mark...mark'. Yen top iku markotop, berarti yen sip, dadi markisip." Gelakan tawa pun akhirnya keluar di sebuah ruangan kecil, ukuran kurang lebih 5x8 meter itu. Entah kenapa, akhirnya saya pun teringat ibu saya di rumah ketika dia memberikan apresiasi kepada anaknya, dia mengucapkan, "wis... jos iku. Jos gandos selawe loro [sudah...bagus itu. Bagus sekali, dua puluh lima dapet dua_red]". Maksudnya adalah bagus sekali (jos gandos). Maklum waktu dulu, duit dua puluh lima itu masih bisa dipakai buat beli makanan yang cukup. Sepuluh rupiah aja dulu masih dapet makanan ringan. Ya mungkin, setara dengan 100 rupiah lah.
Kalimat-kalimat itu yang kemudian menghiasi kita bersama, di saat kondisi adanya wacana ketidakpastian (meskipun, wacana itu belum tentu benar!). Oke bro! Mau ikut kami saling menghibur diri dengan memberikan apresiasi dengan mengucap, "siiip markisip, top markotop, jos gandos selawe loro". Hehehe....
Tulisan ini dibuat untuk menghibur suasana. Oke Bro!
INFO
DALAM RANGKA TAHUN BARU MASEHI #2012: BLOG SEDANG DIPERMAK ULANG.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar