INFO

DALAM RANGKA TAHUN BARU MASEHI #2012: BLOG SEDANG DIPERMAK ULANG.

Hati-hati Terapkan Pola Asuh ke Anak!

Written By Informasi singkat tentang saya on Sabtu, 28 Juni 2008 | 12.40

Sore itu, terasa panas. Meski sebenarnya awan lagi mendung. Di ruangan yang kecil, hanya berukuran sekitar 4x5 meter itu, terlihat berkumpul 4 orang didalamnya. Termasuk saya di situ. Perbincangan serasa menghangat ketika ada salah satu diantara kami yang berkata, “Anak itu tidak dididik dan diajari untuk menjadi susah”. katanya.


Ya, pembicaraan kami adalah mengenai kejadian salah seorang anak binaan kami yang cenderung dimanjakan oleh orang tuanya. Secara ekonomi, katanya kekurangan. Namun, secara penampilan nampak berlebihan bila dibandingkan dengan anak binaan lainnya. Entah apakah memang benar-benar tidak mampu dan hanya style, gaya hidupnya saja yang konsumtif ataukah memang sebenarnya kaya? Keinginan untuk terus menelusuri latar belakang ekonomi, terus kami coba lakukan.


“Aku aja dulu pernah disuruh keluar sama guruku, gara-gara aku nggak beli buku. Kan waktu itu, guruku bilang suruh beli buku. Dan aku nggak punya duit klo suruh beli buku. Akhirnya aku pinjem ke kelas sebelah. Kan gurunya punya listing siapa yang beli dan siapa yang nggak beli buku. Akhirnya aku suruh keluar. Ya sudah suruh keluar, ya keluar. Suruh pulang, ya aku pulang. Lha apa korelasinya antara beli buku sama kepandaian. Kan nggak ada?” kata salah seorang dari kami.


“Gak tahu ya, anak-anak jaman sekarang itu semua serba terfasilitasi. Sehingga daya juangnya itu kurang. Aku dulu itu punya sodara. Jadi dia itu apa-apa terfasilitasi. Mau nyuci ada pembantu. Mau nggarap PR, aku dulu yang kerjain itu. Maunya dia beres. Orang tuanya itu pengennya masuk sekolah favorit. Enak orangnya, akunya yang stress. Tapi, itu menjadi sebuah semangat bagiku untuk berjuang.” katanya lagi


Yah, mau tidak mau, sadar ataukah tidak. Kadang orang tua itu serba memfasilitasi anak sesuai dengan apa yang diinginkan anak. Bahkan saking pengennya anak itu menjadi sesuai dengan apa yang diinginkan orang tua, yang tidak diinginkan anak pun kadang diberikan. Dengan alasan, kasihan, biar tidak gaptek, biar senang, dsb.


Minta HP diberi, minta ini diberi, minta itu diberi. Padahal, jika kita tahu. Pola asuh orang tua yang salah akan bisa berakibat negatif bagi si anak yang bersangkutan. Bahkan bisa fatal akibatnya. Beberapa jenis pola asuh yang biasa ada di sekitar kita antara lain:


1. Pola Asuh Otoriter.


Pola asuh ini biasanya orang tua menginginkan anak mutlak seperti apa yang diinginkan orang tua. Peraturan dan keinginan bersifat top down. Jadi nggak ada ceritanya orang tua menerima usulan dari anak. Semuanya bener-bener dari orang tua. Mulai dari A-Z nya. Yah, kayak konvensional gitu lah.


Produknya, biasanya anak akan menjadi orang yang ekstrim. Baik ekstrim ke kanan, maupun ekstrim ke kiri. Ke kanan, anak akan cenderung menjadi pemberontak, tidak taat, penentang. Atau kalau tidak, akan ekstrim ke kiri. Anak cenderung pendiam sekali.


2. Pola Asuh Demokratis


Nah, pola asuh ini biasanya orang tua menyerap aspirasi juga dari anak-anak. Orang tua pandai memposisikan anak tidak hanya sebagai anak saat ini, akan tetapi orang tua menyadari bahwa ke depan, tidak selamanya anak menjadi anak-anak. Dia akan tumbuh remaja dan dewasa. Sehingga, tidak selalu keinginan yang diinginkan akan diturutinya. Orang tua pandai dalam memilah-milah, mana yang baik untuk masa depan anak, mana yang tidak. Tentunya dengan memberikan penjelasan yang baik.


Produknya, biasanya anak yang seperti ini, kemandirian cenderung sudah terbangun sejak dini. Sehingga tidak perlu khawatir bagi mereka yang menjadi orang tua. Daya juang lebih baik. Dan biasanya mampu menerima semua sudut pandang yang ada dan bisa berlaku lebih bijak.


Tapi, hati-hati juga. Dalam dunia nyata, meski pola asuh demokratis diterapkan, ternyata orang tua ada yang terjebak ke dalam memanjakan anak. Dan ini sangat berbahaya bagi kemandirian anak nantinya.


3. Pola Asuh Permisif.


Pola ini adalah lawan dari otoriter. Orang tua cenderung mengacuhkan. Anak mau berbuat apa terserah. Orang tua tidak terlalu ambil pusing dalam hal ini.


Kembali pada topik pembicaraan di atas. Intinya, dari cerita di atas, sang anak binaan ini seringkali meminta ibunya untuk menemaninya. Di taruh di asrama, tidak sampai 1 bulan, meminta ibunya untuk datang. Bahkan setiap kali ibunya datang, makanan pun dibawakan banyak. Bahkan HP pun dibawakan. Huih… ck..ck… Al hasil, si anak pun masih saja dianggap bahwa dia anak-anak. Padahal dia sudah remaja. Sampai di sini dulu. Insya Allah, jika ada kesempatan disambung lagi.

2 komentar:

Anonim mengatakan...

pola asuh ayahku kayaknya yang pertama, deh bu. urusan milih sekolah, milih tempat ngaji, aktivitas sehari-hari sampe prestasi non-akademik (jadi qori'ah) beliau juga yang nentuin. pas dah gedhe gini, ayah juga masih suka ngatur cuman agak lebih demokratis krn disampekan dengan jalan diskusi.

tidak pernah bertambah untuk beliau selain daripada kecintaanku dan cinta Rabbnya,Amin. Dad, I luv U so much...

Anonim mengatakan...

amiin klo gitu. yang pertama emang bener otoriter bu. mending lah anti mash ada demokratisnya. selain itu tak tebak, komunikas masih jalan kan? biasanya keluarga yang menerapkan pola pertama, komunikasi pun juga tersendat. apa ini apa itu semua orang tua. seolah ekspresi anak nggak ada untuk aktualisasi diri.

salam buat abi mu...

Posting Komentar