INFO

DALAM RANGKA TAHUN BARU MASEHI #2012: BLOG SEDANG DIPERMAK ULANG.

Ustadh Anis Matta bicara soal uang {1}

Written By Informasi singkat tentang saya on Sabtu, 28 Juni 2008 | 21.55

Seorang da’i bicara uang bisa jadi menjadi pro kontra tersendiri. Berikut ini saya rangkumkan ceramahnya ustadh Anis Matta, Lc, yang katanya menjadi pro kontra diantara para kader. Lumayan banyak sebenarnya isinya. Jika dibaca sendiri mungkin adakan menimbulkan diskusi yang cukup panjang dan lama. Mungkin diantara pembaca ada yang berpendapat pro, tapi ada yang kontra. Silahkan disikapi masing-masing pribadi. Yang pastinya, Allah harus selalu di hati :)

Ada 3 poin yang disampaikan Ustadh Anis terkait dengan UANG.

1. Mengapa Islam menyuruh kita kaya?
2. Mencari penjelasan tentang mengapa kita miskin?
3. Bagaimana kita mulai merekonstruksi kehidupan finansial kita.


Ibnu Abid Duni menjelaskan beberapa alasan tentang mengapa kita semua diperintahkan menjadi kaya dalam Islam.

Pertama, karena harta itu tulang punggung kehidupan. Makanya orang kalau tidak punya harta punggungnya rada bungkuk sedikit. Antum lihat orang-orang Amerika kalau datang ke sini tegap-tegap semua kan, karena punya duit. Pejabat-pejabat keuangan kita kumpul di CGI tunduk-tunduk semua, karena mau pinjem duit. Allah mengatakan “Janganlah kamu berikan harta-harta kamu kepada orang-orang bodoh (orang-orang yang tidak sehat akalnya) yaitu harta-harta yang telah Allah jadikan kamu sebagai yang membuat punggung tegap”. Jadi hidup kita tidak normal begitu kita tidak punya uang. Kita pasti punya banyak masalah begitu kita tidak punya uang.


Kedua, Peredaran uang itu adalah indikator kesalehan dan keburukan masyarakat. Apabila uang itu beredar lebih banyak di tangan orang-orang jahat, maka itu indikasi bahwa masyarakat itu rusak. Apabila uang itu beredar di tangan orang-orang shaleh, maka itu indikasi bahwa masyarakat itu sehat. Masyarakat Indonesia ini rusak salah satu indikasinya karena orang-orang shalehnya sebagian besar adalah para fuqara wa masakin. Ahlul masjiddi negeri ini terdiri atas fuqara wa masakin. Bahkan, sebagian besar orang mungkin mengunjungi masjid bukan karena benar-benar ingin ke Masjid. Melainkan karena tidak punya tempat untuk dipakai mengaktualisasikan diri. Antum lihat orang-orang tua yang datang ke masjid biasanya orang yang kalah dalam pergaulan sosial. Kalau dia tentara, biasa setelah pensiun baru dia ke masjid. Kalau dia pedagang biasanya setelah dia bangkrut baru dia ke masjid.

Salah seorang saudara saya cerita, waktu itu ada seorang kaya, sangat kaya di daerah Indonesia. Orangnya masih hidup sekarang. Dia punya private jet. Saking kayanya, dia suka main judi ke London. Pesawat private jet itu jenis Boeing. Jadi kalau pergi dia membawa rombongan, biasanya dia parkir di sana 1 minggu atau 2 minggu. Itu kalau parkir, kan bayar. Selama dia main judi, dia dipersilahkan teman-temannya yang ingin pakai pesawatnya. Seperti layaknya meminjamkan mobil. Sekali main, biasanya bisa rugi sampai 5 juta dollar. Meskipun kadang-kadang untung 8 juta dollar. Sekali waktu mereka main ke sana, sudah beberapa hari kangen dengan Nasi Padang. Dia bilang ke pilotnya tolong ke Singapore beli Nasi Padang terus balik lagi ke London. Begitulah cara mereka menggunakan uang.

Kalaupun orang kaya itu muslim, tidak berjudi, tapi dia tidak punya visi dakwah, dan dia tidak hidup untuk satu misi besar dalam hidupnya. Dia pasti akan menggunakan uangnya untuk kesenangan pribadi, seperti perhiasan dan seterusnya. Saya punya kawan, kalau dia pakai seluruh perhiasannya kira-kira sekitar 2 juta dollar dibadannya, cincinnya 1 juta dollar. Mobilnya 1/2 juta dollar, jam tangannya bisa sampai 2 milyar. Adalagi temannya kira-kira punya 200–an jam tangan. Sebuah jam tangan itu harganya kira-kira 2 milyar.

Lebih buruk lagi, kadang-kadang orang kaya yang tidak baik memakai uangnya untuk memerangi kebaikan. Itulah yang terjadi ketika orang-orang Yahudi memegang kendali keuangan dunia. Maka dari itu, menjadi kaya bagi kita adalah satu keharusan, untuk mengembalikan keseimbangan sosial, kehidupan di tengah-tengah kita.


Ketiga, Terlalu banyak perintah syariah yang hanya bisa dilaksanakan dengan uang. Antum lihat 5 rukun Islam, syahadat tidak pakai uang, sholat tidak pakai uang, puasa tidak pakai uang, tapi zakat dan haji pakai uang. Kalau 200 ribu orang umat Islam Indonesia tiap tahun pergi haji, rata-rata mengeluarkan 5.000 dollar. Coba antum kalikan berapa banyak uang yang beredar untuk melaksanakan satu ibadah. Belum lagi jihad. Jadi kita tidak bisa, berjihad kecuali dengan uang. Misalnya kita di Indonesia sekarang mau pergi ke Palestina untuk pergi berperang, tenaga kita tidak diperlukan karena tenaga sudah cukup dengan ada yang di sana. Rasul mengatakan, “Siapa yang menyiapkan seorang bertempur maka dia juga dapat pahal perang”.

Jadi, banyak sekali perintah-perintah Islam yang memerlukan uang. Waktu Rasulullah SAW hijrah ke Madinah, di antara hadits-hadits pertama yang beliau sampaikan pada waktu itu adalah afsussalam wa ath’imu tho’am. Jadi, mentraktir itu tradisi nabawiyah. Sering-seringlah mentraktir karena itu perintah Nabi, dan ini turunnya di Madinah pada saat menjelang mihwar daulah. Kira-kira di jaman kita inilah, di mihwar dakwah sekarang. Washilul arham dan sambung silaturahim. Antum akan melihat nanti di akhir penjelasan saya nanti bahwa ciri-ciri orang maju itu salah satunya adalah kalau belanjanya dalam 3 hal lebih besar daripada belanja kebutuhanlauk-pauknya, salah satunya belanja komunikasi. Jadi kalau biaya pulsa kita lebih tinggi itu indikator yang baik. Itu artinya silaturahim kita jalan. Jangan missed call , suruh orang telpon balik.


Keempat, Karena harta itu adalah hal-hal yang dibanggakan oleh manusia sehingga menentukan strata sosial. Antum akan lebih berwibawa dan didengar orang kalau punya uang. Apabila tidak punya uang, biasanya kita juga jarang didengar orang. Misalnya, dalam keluarga. Antum bersaudara ada 7 orang. Kalau kontribusi finansial antum dalam keluarga itu tidak banyak dan bila antum satu-satunya da’i dalam keluarga, dakwah antum juga kurang didengar oleh keluarga. Karena disamping ingin mendengarkan nasihat yang baik orang juga ingin mendapatkan uang yang banyak. Hadiah-hadiah pada hari lebaran, infak-infak, dst dan itu biasanya melancarkan dakwah kita.

Ulama-ulama kita juga meriwayatkan bahwa ternyata diantara hal-hal yang disenangi oleh wanita kepada laki-laki salah satunya adalah uangnya. Perempuan itu katanya menyenangi pada laki-laki kalau dia lebih pintar daripada si perempuan, kalau dia lebih kaya daripada perempuan, lebih kuat daripada perempuan. Dan kepemimpinan itu kan diberikan kepada laki-laki salah satu sebabnya karena kewajiban memberi nafkah itu. Kalau kita ingin berwibawa di depan istri tolong kewajibannya ditunaikan dengan sempurna. Itu akan menaikan wibawa kita di depan istri. Seorang istri itu tidak hanya membutuhkan seorang suami yang romantis tapi juga seorang suami yang romantis dan realistis. Ada seorang akhwat berkata kepada saya, saya sebenarnya tidak materialistis tapi masalahnya kita realistis karena kita tidak bisa hidup tanpa materi. Dan kalau materi kita sedikit maka hidup kita juga akan tidak akan nyaman. Sedikit banyak itu juga penting.


Kelima, harta itu salah satu sebab yang dapat membuat orang itu bisa bahagia di dunia. Jangan lagi pernah bilang “biar miskin asal bahagia”. Sekarang perlu kita balik, “biar kaya asal bahagia”.

Saya ingat guru saya waktu SD selalu mencari kamuflase, bahwa walaupun kita miskin tetap bisa bahagia. Memang bisa, tapi susah. Adalagi yang bilang “uang tidak bisa membeli cinta”. Memang tidak bisa, tapi kalau kita jatuh cinta dan punya uang itu lebih enak. Rasulullah SAW realistis sekali ketika dia mengatakan bahwa diantara yang membuat orang itu bahagia adalah: Pertama, istri yang sholehah, Kedua, rumah yang luar. Dalam hadits lain disebutkan kamar-kamar yang banyak. Menurut Syeikh Qordhowy yang disebut kamar-kamar itu minimal enam kamar. Satu buah kamar untuk suami istri, sebuah kamar untuk anak laki-laki, sebuah kamar untuk anak perempuan, sebuah kamar untuk pembantu, dua buah kamar lainnya untuk kerabat suami dan istri yang datang menginap di rumah. Itu 6 kamar tidak termasuk dapur, ruang makan, ruang keluarga, ruang tamu, perpustakaan keluarga dan mushollah. Kelanjutan dari hadits itu, dan kendaraan yang nyaman.


Kira-kira itu 5 alasan mengapa kita harus kaya. Memang, walaupun kita miskinkita masih bisa bahagia, tapi itu jauh lebih susah. Bahkan terkadang kekayaan itu lebih mendekatkan orang kepada Allah SWT dibanding kemiskinan. Makanya Rasul mengatakan tentang minum susu, makan habatussauda’, madu. Coba kalau antum, misalnya, tidur di atas kasur yang empuk dalam ruangan ber-AC, tidur 2 jam itu bisa sangat nyenyak. Apalagi minum susu hangat sebelum tidur. Bangun pagi minum madu campur habatussauda’.

Saya kira perlu memperbaiki dan melihat kembali pemahaman keagamaan seperti ini secara benar. Sehingga kita jangan menganggap kemewahan itu justru melelahkan orang tapi bikin nyaman. Inilah 5 alasan mengapa harus kaya.

Sekarang saya ingin lebih jauh menembus kembali mengapa kita miskin selama ini. {bersambung}

0 komentar:

Posting Komentar