Kira-kira jam setengah lima kurang lima belas menit, salah seorang karyawan nampak tergesa-gesa. Helm telah dipakaikan di kepala dengan wajah tertutup separo oleh slayer. Sambil berucap pamit dan ijin keluar kantor terlebih dahulu, dia pun memberitakan kalau pulang awalnya hendak ke Rumah Sakit. Melihat keadaan salah seorang karyawan perempuan kami yang mengalami kecelakaan.
"Hah? Sopo mbak? Aku melu..melu..." kataku. Karena kebetulan yang kecelakaan adalah kawan dekat untuk berbagi di kantor juga. Niat ingin berangkat bersama, namun tak bisa. Masih harus merapikan meja dan menyelesaikan sedikit pekerjaan yang tak bisa ditunda. Akhirnya selesai sudah merapikan, dan tiba-tiba datang salah seorang Manajer yang hendak membesuk. Akhirnya kami berangkat bersama (naik sepeda motor sendiri-sendiri lho...!) ke Rumah Sakit.
Singkat cerita, alhamdulillah kondisi kawan kami tidak mengalami keparahan. Hanya janggutnya yang dijahit sekita 2-3 jahitan. Alhamdulillah lagi yang menabrak bersedia untuk bertanggung jawab. Menanggung pengobatan penumpangnya termasuk sepeda motor gemuknya (baca: MIO).
Karena dirasa tidak cukup sehat, saya dan salah seorang karyawan perempuan mengantarnya pulang. Saya naik motor dan mereka pun naik mobil panggilan (baca: Taxi).
Sesampainya di rumah kawan kami, dan selepas sholat Magrib kami pun di suguhi makan sate ayam (nyam..nyam.. enak tenan). Dan kami pun bercerita-cerita. Dalam cerita kawan kami yang kecelakaan dia sempat mengatakan,
"Padahal lho ya, sebelumnya mau aku nang dalan sempat mikir, 'yen aku ketabrak piye yo?'". Dan ternyata kok... eh bener terjadi. Meski tidak ditabrak, hanya diserempet, akhirnya jatuh juga alias kecelakaan terjadi.
***
Hemm... saya jadi ingat bahwa Allah itu sesuai prasangka hambaNya. Begitu juga dengan guyonan, "awas klo ada malaikat, terkabul lho.."
Barangkali benar bahwa Allah sesuai dengan persangkaan hambaNya dan bahwa kita harus senantiasa berpikir positif. Karena tidak tahu apa yang kemudian terjadi setelah kita berpikir itu. Kalau kata Mario Teguh, "lalu... perhatikan paa yang terjadi."
Manusia memang bisa saya bilang kadang atau sering liar untuk berpikir, jika dia tidak memiliki kendali untuk mengarahkan pikirannya dengan baik. Orang merasa tidak mampu, orang merasa tidak bisa sebenarnya bukan Tuhan salah menciptakan kondisi. Tapi sebenarnya pikiran manusia itu sendirilah yang menjadikan dia "tidak bisa" melakukan sesuatu yang sebenarnya bisa.
Penderita phobia sesuatu, ketakutan atau kecemasan berlebihan atau perasaan rendah diri, mayoritas diberikan terapi kognitif. Karena memang sebenarnya ada yang keliru dalam pola pikirnya saat ini. Manusia berpikir tidak bisa, lalu beneran dia tidak bisa. Dia merasa tidak mampu, maka beneran dia tidak mampu. Karena pikiran lebih mengendalikan dirinya daripada pikiran ia kendalikan.
Saya pikir sama dengan peristiwa kawan saya di atas. Nasihat dan pelajaran besar yang diambil oleh kami yang waktu itu mengantar adalah, selalulah berpikir positif dan berdoa yang baik-baik, sekalipun hanya sekedar lintasan batin atau pikiran. Bila itu terjadi, maka segeralah sadari dan alihkan kepada hal positif lainnya.
0 komentar:
Posting Komentar