Entah kenapa hari itu aku merasakan hal yang berbeda saat aku berkunjung ke Taman Baca. Ya, seperti biasa, ahad hari itu akupun datang ke lokasi. Benar-benar hari yang melelahkan bagiku. Tapi aku mencoba untuk tetap bertahan dengan semuanya. Sabtu, sehari sebelumnya sebenarnya aku harus ke Malang karena ada pertemuan dengan kawan-kawan yang berencana mengadakan workshop. Sudah janjian dan diputuskan pada pertemuan sebelumnya. Tapi hatiku mengatakan lebih tidak datang. Karena memang kondisi sedang kurang sehat, gusiku kembali bengkak. Entahlah karena akunya yang drop, kondisi kesehatan menurun, kecape'an atau memang karena sedang tumbuh gigi baru? Yang pastinya yang kurasakan lumayan sakit. Tapi masih bisa kutahan sakitnya dibanding sebelumnya yang pernah bengkak. Ampyuuun dah sakitnya...
Kuusahakan pagi-pagi datang ke WTC. Karena kebetulan hari itu kantor kami sedang mengadakan Miladnya yang ke-23. Aku tahu bahwa tengah siang, aku akan ijin. Mengantarkan seorang peserta mengikuti pelatihan traficking di lokasi yang sama tempat kami melakukan dampingan. Entahlah juga, hari itu agak emosi rasanya, tapi tetap bertahan untuk bersabar. Karena pikiran rasionalku mengatakan, kondisi ini masih bisa ditolerir dan tidak ada alasan untuk selalu emosi. Masih ada jalan untuk solusinya.
Alhamdulillah Allah masih memberikan jalan keluarnya. Ada beberapa agenda yang bertabrakan di hari itu. Ada lagi yang "katanya" kewajiban. Tapi entahlah, aku sudah ada prioritas tersendiri yang itu kujadikan dasar sebagai pengambilan keputusan setiap kali ada event. Selain itu, janjia yang terlebih dahulu dibuat dan itupun statusnya dengan masyarakat yang tidak sepenuhnya tahu apa aktivitas kita di luar sana.
Siangnya, kita ke lokasi tempat biasa kita mengajar adik-adik. Selepas sholat kami berbincang sebentar terkait dengan kronologi hari ini. Ya sudahlah. Paling tidak aku mengucapkan terima kasih banyak ke kawan-kawan yang telah mensupport untuk bisa hadir dalam pelatihan ini tadi.
***
Entah kenapa, aku mengamati gang-gang yang kulewati tidak seperti biasanya. Para perempuan berpakaian minim itu banyak yang keluar rumah dan duduk-duduk di teras wisma. Entah sekedar merokok, mengobrol, melihat-lihat saja, atau duduk-duduk saja. Tak seperti biasanya aku melihat. Tapi sudahlah, dalam pikiranku. Aku dan kawanku terus berjalan menuju lokasi. Ada yang berbeda juga, para pendamping yang hadir hari ini pun juga lebih banyak dari hari-hari sebelumnya. Ya, barangkali setelah ikut pelatihan traficking mereka sekalian diajak untuk mampir ke lokasi biasa kami mengajar adik-adik.
Aku dan seorang teman perempuan duduk di teras luar. Karena di dalam sudah berjubel-jubel adik-adik dan kakak pengajar laki-laki. Suara karaoke dan musik juga berdentum keras. Keras sekali kurasa. Hingga rasanya kepalaku pusing jadinya. Singkat cerita, sore pun tiba. Yang kurasa juga waktu cepat berlalu. Seperti biasa, kami akan menuju ke masjid untuk melakukan sholat ashar bersama.
Lagi-lagi, aku merasakan hal yang berbeda. Kami berjalan menuju masjid, lagi-lagi aku memandangi para perempuan itu banyak yang keluar. Di gang-gang kecil, aku dan kawan-kawanku menyusuri jalan kecil. Dan aku pun melihat banyak gerombolan orang yang berlalu lalalng. Ada juga yang seperti orang yang bersembunyi di pojok gang. Hatiku merasa agak takut. "Apakah terjadi permusuhan di sini ya? perkelahian antar gang?" kata hatiku. Entahlah, aku berlalu terus ke masjid bersama adik-adik kecil.
Kusaksikan dan kulihat, o.. o.. kenapa hanya segelintir anak yang ikut sholat ke masjid? Just 5 children. Hanya 5 anak saja yang ikut. Sudahlah, nggak masalah. Aku merasa semakin cape rasanya ketika harus mencoba mengatur barisan dan menenangkan adik-adik agar mereka berlatih sholat. Hingga kepalaku kurasakan berputar. Tapi alhamdulillah masih bisa kutahan. "Oh tidak Ya Allah, semoga aku tidak pingsan di sini." do'aku dalam hati.
Masih terus aku berucap dan sedikit meninggikan nadaku untuk mengatur mereka. Aku melihat yang lainnya sepertinya sudah payah mengatur adik-adik. Tapi aku mengingati satu kata "sabar". Itu saja. Masih aku berusaha menenangkan mereka. Meski, ya begitulah anak-anak ^_^. Satunya diam, yang lainnya mengganggu, akhirnya lari dan kejar-kejaran. Satu ditangkap, yang lainnya menggoda lagi, akhirnya memberontak dan berlari mengejar lagi. Cape' deh...
Akhirnya, alhamdulillah singkat cerita pun mereka bisa dikendalikan dan sholat ashar berhasil dilakukan dengan imam dari adik-adik sendiri. Entah kenapa, kepalaku merasa tambah berputar. Alhamdulillah masih ada kue yang bisa kumakan. Masih tetap bertahan dan berdo'a semoga aku tidak pingsan di sini.
***
Sepenggal kisah dan ungkapan yang berbeda untuk hari itu. Alhamdulillah, akhirnya bisa pulang dan beristirahat di kos kembali. Cape'. Tapi semoga Allah menambahkan pahala atas kecape'an itu dan mengurangkan dosa atas keletihan dan kepayahan serta sakit yang kami rasakan.
"Tidaklah seorang Mukmin ditimpa sakit, letih, demam, sedih hingga kekhawatiran yang mengusiknya, melainkan Allah mengampuni kesalahan-kesalahannya" (Ditakhrij Al-Bukhari 7/148-149, Muslim 16/130.)
Kuusahakan pagi-pagi datang ke WTC. Karena kebetulan hari itu kantor kami sedang mengadakan Miladnya yang ke-23. Aku tahu bahwa tengah siang, aku akan ijin. Mengantarkan seorang peserta mengikuti pelatihan traficking di lokasi yang sama tempat kami melakukan dampingan. Entahlah juga, hari itu agak emosi rasanya, tapi tetap bertahan untuk bersabar. Karena pikiran rasionalku mengatakan, kondisi ini masih bisa ditolerir dan tidak ada alasan untuk selalu emosi. Masih ada jalan untuk solusinya.
Alhamdulillah Allah masih memberikan jalan keluarnya. Ada beberapa agenda yang bertabrakan di hari itu. Ada lagi yang "katanya" kewajiban. Tapi entahlah, aku sudah ada prioritas tersendiri yang itu kujadikan dasar sebagai pengambilan keputusan setiap kali ada event. Selain itu, janjia yang terlebih dahulu dibuat dan itupun statusnya dengan masyarakat yang tidak sepenuhnya tahu apa aktivitas kita di luar sana.
Siangnya, kita ke lokasi tempat biasa kita mengajar adik-adik. Selepas sholat kami berbincang sebentar terkait dengan kronologi hari ini. Ya sudahlah. Paling tidak aku mengucapkan terima kasih banyak ke kawan-kawan yang telah mensupport untuk bisa hadir dalam pelatihan ini tadi.
***
Entah kenapa, aku mengamati gang-gang yang kulewati tidak seperti biasanya. Para perempuan berpakaian minim itu banyak yang keluar rumah dan duduk-duduk di teras wisma. Entah sekedar merokok, mengobrol, melihat-lihat saja, atau duduk-duduk saja. Tak seperti biasanya aku melihat. Tapi sudahlah, dalam pikiranku. Aku dan kawanku terus berjalan menuju lokasi. Ada yang berbeda juga, para pendamping yang hadir hari ini pun juga lebih banyak dari hari-hari sebelumnya. Ya, barangkali setelah ikut pelatihan traficking mereka sekalian diajak untuk mampir ke lokasi biasa kami mengajar adik-adik.
Aku dan seorang teman perempuan duduk di teras luar. Karena di dalam sudah berjubel-jubel adik-adik dan kakak pengajar laki-laki. Suara karaoke dan musik juga berdentum keras. Keras sekali kurasa. Hingga rasanya kepalaku pusing jadinya. Singkat cerita, sore pun tiba. Yang kurasa juga waktu cepat berlalu. Seperti biasa, kami akan menuju ke masjid untuk melakukan sholat ashar bersama.
Lagi-lagi, aku merasakan hal yang berbeda. Kami berjalan menuju masjid, lagi-lagi aku memandangi para perempuan itu banyak yang keluar. Di gang-gang kecil, aku dan kawan-kawanku menyusuri jalan kecil. Dan aku pun melihat banyak gerombolan orang yang berlalu lalalng. Ada juga yang seperti orang yang bersembunyi di pojok gang. Hatiku merasa agak takut. "Apakah terjadi permusuhan di sini ya? perkelahian antar gang?" kata hatiku. Entahlah, aku berlalu terus ke masjid bersama adik-adik kecil.
Kusaksikan dan kulihat, o.. o.. kenapa hanya segelintir anak yang ikut sholat ke masjid? Just 5 children. Hanya 5 anak saja yang ikut. Sudahlah, nggak masalah. Aku merasa semakin cape rasanya ketika harus mencoba mengatur barisan dan menenangkan adik-adik agar mereka berlatih sholat. Hingga kepalaku kurasakan berputar. Tapi alhamdulillah masih bisa kutahan. "Oh tidak Ya Allah, semoga aku tidak pingsan di sini." do'aku dalam hati.
Masih terus aku berucap dan sedikit meninggikan nadaku untuk mengatur mereka. Aku melihat yang lainnya sepertinya sudah payah mengatur adik-adik. Tapi aku mengingati satu kata "sabar". Itu saja. Masih aku berusaha menenangkan mereka. Meski, ya begitulah anak-anak ^_^. Satunya diam, yang lainnya mengganggu, akhirnya lari dan kejar-kejaran. Satu ditangkap, yang lainnya menggoda lagi, akhirnya memberontak dan berlari mengejar lagi. Cape' deh...
Akhirnya, alhamdulillah singkat cerita pun mereka bisa dikendalikan dan sholat ashar berhasil dilakukan dengan imam dari adik-adik sendiri. Entah kenapa, kepalaku merasa tambah berputar. Alhamdulillah masih ada kue yang bisa kumakan. Masih tetap bertahan dan berdo'a semoga aku tidak pingsan di sini.
***
Sepenggal kisah dan ungkapan yang berbeda untuk hari itu. Alhamdulillah, akhirnya bisa pulang dan beristirahat di kos kembali. Cape'. Tapi semoga Allah menambahkan pahala atas kecape'an itu dan mengurangkan dosa atas keletihan dan kepayahan serta sakit yang kami rasakan.
"Tidaklah seorang Mukmin ditimpa sakit, letih, demam, sedih hingga kekhawatiran yang mengusiknya, melainkan Allah mengampuni kesalahan-kesalahannya" (Ditakhrij Al-Bukhari 7/148-149, Muslim 16/130.)
2 komentar:
ealah mbak kirain mbak menemukan jawaban kenapa kok hari itu berbeda...fuuhhh
semangat buat yang masih istiqomah membina di daerah lokalisasi...
allah ma`ana
hehe.. lho kan emang menemukan yg berbeda? berbeda dr biasane... yen biasanya banyak yg g keluar orang2nya. pas iki kok pada keluar. aku wae sing akhwat perlu ghadhul bashar kok... soale sing metu nang njobo akeh... mbuh pas ono opo... iki asline lagi males aku nulis. makane tulisane ra mutu blas... mung dinggo patut2 tok ngupdate. :D
Posting Komentar