INFO

DALAM RANGKA TAHUN BARU MASEHI #2012: BLOG SEDANG DIPERMAK ULANG.

Cinta yang Tak Abadi

Written By Informasi singkat tentang saya on Kamis, 20 Desember 2007 | 16.10

Buku "Bahagiakan Diri dengan Satu Istri" membuat penasaran bagiku. Aku ingin tahu sebenarnya apa sih isinya, hingga menjadi bahan pembicaraan hangat di kalangan para kader PKS dan media? Sebuah SMS masuk di HP salah seorang akhwat di sebelah kiriku, ketika aku enak-enaknya mendengarkan diskusi dengan salam seorang anggota DPRD Surabaya.

"Ukh, bukunya Pak Cahyadi jadi pro-kontra yang membahasa poligami. Sampai diberitakan di Jawa Pos hari ini."

Penasaran, esok harinya aku mencoba untuk mencari informasi itu dan kudapatkan. Meski aku sendiri belum membaca buku aslinya, minimal aku mengikuti berita pro-kontra itu.

Aku jadi teringat akan sebuah buku yang ditulis oleh Asma Nadia "catatan hati seorang istri". Sungguh membuatku emosional pada waktu itu. Ketika membaca lembaran-lembaran buku yang merupakan kumpulan kisah nyata dari teman-teman yang pernah dikenal dan curhat kepada Asma Nadia. Pasalnya, separo buku pertama menceritakan kisah-kisah (baca=kasus-kasus) suami yang "ada main" dengan perempuan lain. Ironisnya adalah beberpaa cerita dalam kisah itu adalah ikhwan. Sedangkan separo kedua adalah berita baiknya. Kisah yang menceritakan betapa tulus dan mencintai seorang suami kepada istri-istri mereka hingga ada satu kisah yang sang suami tidak mau menikah lagi setelah istrinya meninggal. Bahkan marah ketika anak-anaknya mencoba untuk mencarikan calon ibu kembali.

"Ibumu tidak ada yang menggantikan."Ikhwah juga manusia. Begitulah biasanya plesetan yang dipake temen-temen. Memang kita semua manusia. Tempatnya salah dan dosa. Kalau orang Jawa bilang, menungso iku menus-menus kakehen duso. Manusia adalah tempatnya salah. Sekali lagi itu adalah benar. Bahkan Rasulullah SAW sendiri pun juga pernah salah. Akan tetapi oleh Allah, Rasulullah diberikan keistimewaan tersendiri yaitu ma'sum. Wajar memang ketika seorang laki-laki tertarik pada perempuan yang cantik. Sebaliknya wajar juga ketika perempuan juga tertarik pada lawan jenisnya karena perihal fisik. Akan tetapi semuanya akan bisa disaring ketika nafsu itu datang. Terutama bagi mereka yang sudah paham bagaimana harus menyaringnya. Tentu orang yang mengetahui dan tidak atau belum mengetahui berbeda.

Wajar memang, ketika berbeda jenis saling tertarik. Karena justru tidak wajar jika tidak tertarik sama sekali, atau bahkan tertarik pada sesama jenisnya sendiri. Akan tetapi, tidak selalu dan melulu rasa ketertarikan (baca=nafsu) dipergunakan seenaknya saja dan diumbar tanpa adanya penyaringan dan pengendalian dari diri kita.

Laki-laki memang pada dasarnya, ketertarikan mereka adalah pada fisik perempuan. Sebaliknya perempuan lebih kepada perilaku atau hati. Namun, semua itu kemudian bisa ditepis dengan adanya pengertian, pemahaman Islam yang benar dan diaplikasikan. Ketika diskusi pro-kontra tentang bukunya Pak Cah berlangsung tiba-tiba ada seorang teman yang bertanya, "Kalau Asri mau nggak kalau dipoligami?"

Setiap perempuan, saya kira mereka tidak mau dipoligami. Akan tetapi memang hanya pada istri-istri tertentu dan suami pilihan yang kemudian bisa melaksanakan poligaminya benar-benar bisa dilaksanakan dengan "adil". Saya teringat juga dengan teman saya yang di UNS, ketika kita masih SMA dulu. Sang akhwat ini bercita-cita menjadi istri kedua alias ingin dipoligami. Subhanallah, ya... karena dia lebih melihat sisi pahalanya.Ketika saya kembali flash back pada bukunya Asma Nadia pada pertengahan awal pertama, saya benar-benar

"ugghhh... gitu ya ikhwan itu?"
Rasa emosi dan geram rasa-rasanya ingin menonjok saja! Tapi untungnya tidak sampai menonjok beneran, karena sudah diredamkan dengan kisah separo kedua buku itu.

Memang cinta tak selamanya abadi, jikalau kita hanya memandang sebelah mata dan menurutkan hawa nafsu kita pada manusia. Cinta abadi dan paling nyata adalah cintanya Allah kepada ciptaan-Nya. Ketika semua didasarkan benar-benar karena Allah dan bukan semata-mata karena nafsu belaka, tentu akan menjadikan kita justru kuat dalam menghadapi segalanya dan juga mudah/ringan.

Persoalan poligami, memang sangat marak pembahasaanya di Indonesia. Apalagi Aa Gym yang berpoligami juga, semakin menambah maraknya Indonesia di tengah-tengah isu akan dilegalkannya aksi-aksi prostitusi.

0 komentar:

Posting Komentar