INFO

DALAM RANGKA TAHUN BARU MASEHI #2012: BLOG SEDANG DIPERMAK ULANG.

Kekuatan Doa Sang Ibu

Written By Informasi singkat tentang saya on Kamis, 20 Desember 2007 | 16.03

"Nduk, masmu pergi dari rumah. Ibu ndak ngerti kemana perginya." Sang Ibu dengan nada menangis menelpon sang anak yang berada di luar kota.

"Ada apa Bu? Kemana mas?" tanya sang anak

"Masmu pergi, ndak tahu kemana perginya. Wong kemaren ya ndak ada apa-apa kok. Pergi juga ndak ijin. Ibu pikir, ya dia pergi dolan seperti biasanya. Lha kok bapak sama ibu nunggu sampai malem, ndak pulang-pulang. HP-nya ditelpon juga ndak nyambung nduk." sang ibu menceritakan kepada sang anak dengan nada menahan tangisnya.

"Nggih, ya sudah Bu, nanti saya coba telponkan dia."

Dengan rasa yang penasaran, hati yang sudah tidak karuan memikirkan sang kakak kemana perginya. Sang adik pun segera mencari daftar nama kakaknya di HP Nokia milik kakaknya yang ia tukar dengan HP-nya. Segera ia memncet daftar nama itu dan terdengar suara, "Number you are calling...." Klik. HP langsung dimatikan. Berulang kali sang adik memencet nomor itu, nada HP kembali tidak bisa dihubungi.

"Ada apa dan kemana kakakku Ya Allah... Ada apa lagi dengan dia Ya Allah..." sang adik dengan suara lirih. Tak terasa air mata tiba-tiba mengalir dari kedua matanya tanpa ia sadari.

Tiba-tiba ia pun teringat akan kakaknya, terakhir kali ia bertemu dengannya. Sewaktu sang kakak menjemputnya pulang dari luar kota. Dengan menggunakan sepeda motor mio milik saudaraku, ia memboncengkan sang adik. Diajaknya mampir ke sebuah warung sate. Tidak banyak pembicaraan memang di situ. Tapi paling tidak pertemuan waktu itu cukup teringat di memori sang adik tentang terakhir kali ketemu sang kakak. Air mata rupa-rupa tak mau dicegah. Seolah dia tsiqoh dan berinisiatif untuk keluar dari kedua matanya, ketika jiwa dan hatinya bersedih. Air mata tidak mau ia tertahan di tubuh saja dan tidak keluar ketika sang hati merasa sedih.

Sang adik terus saja mencoba untuk berulang kali memencet nama kakaknya untuk kembali menelponnya. Kebetulan pulsanya cukup untuk menelpon ke GSM kakaknya yang bernomor mentari itu. Berulang kali, ia tetap tidak bisa menghubungi. Akhirnya, ketika sang adik mendengar suara adanya layanan voice mail, sang adik langsung saja mengikuti petunjuk untuk meninggalkan pesan.

Terdengar suara lirih dari sang adik melalui HP-nya. Dengan nada yang tidak bisa menahan tangisnya, sang adik berkata, "Mas, sampeyan nangendi?Aku adikmu. Nggak kelingan ta karo adikmu? Ndang cepet mulih. Sampeyan nagenda?Bapak Ibu nggoleki."

Setelah, selesai mengakhiri pesannya, HP langsung di klik tanda dimatikan. Di kamar yang luasnya 4x5 meter itu, sang adik lagi-lagi tidak kuat menahan air matanya yang mengalir. Berulang kali ia mengusap pipinya yang basah karena sang air mata tidak mau dibendung dan ditahan untuk tetap berada ditempatnya.

"Ya Allah... ada apa dengan kakakku? Ya Allah kemana dia Ya Allah?" air mata pun bertambah deras mengalir. Ia mencoba untuk tetap bersabar dan menahan air matanya yang mengalir. Sesekali hati dan bibirnya berdzikir pada Sang Pencipta. Sesekali sang adik berdoa dan memohon, semoga orang tuanya diberikan kekuatan dan kesabaran.

Sudah banyak ujian yang Engkau berikan pada keluarga ini Ya Allah.... Mungkin, Engkau memberikan ujian ini, karena kamu lalai kepada-Mu, sehingga Engkau memberikan ujian kembali melalui kakakku kepada keluarga ini. hati sang adik.

******

Hari-hari pun dilewati hanya dengan berdoa dan berdoa. Sholat lail tak pernah dilewatkan, doa-doa robithoh pun tidak dilupakan sang adik. Berharap semoga dia bisa memanggil hati sang kakak melalui doa-doanya kepada Allah. Berulang kali sang adik memohon kepada Rabb-Nya, semoga sang kakak bisa diberikan petunjuk jalan dan hidayah. Meskipun, sang adik tahu betul bahwa hidayah adalah hak Allah. Dan Allah sendiri Yang Maha Tahu siapa yang berhak untuk diberikan-Nya petunjuk dan hidayah. Tapi sang adik tetap mencoba untuk berdoa-berdoa memohon kepada Rabbnya.

"Ya Allah, semoga Engkau memberikan petunjuk dan hidayah kepada kakakku Ya Allah. Semoga Engkau menguatkan keluarga dan orang tua kami dalam menghadapi segala ujian yang ada. Aku yakin, bahwa Engkau tidak akan mungkin memberikan ujian dan beban kepada setiap hamba yang melebihi batas kemampuannya. Semua sudah Engkau ukur. Kepada-Mu kamu semua akan kembali..."

Hari-hari berikutnya pun sang adik lalui dengan penuh ketawadhuan karena dengan adanya ujian pada keluarganya, membuat sang adik semakin merasa bahwa dia di dunia ini tidak memiliki apa-apa. Harta, kedudukan, jabatan, keluarga dan orang yang dicintainya adalah semua akan kembali kepada Yang Maha Memiliki yaitu Allah. Setiap saat, setiap waktu kita harus rela, kuat, sabar, dan menyerahkan semua pada Allah, jikalau ternyata Allah memberikan kita ujian melalui itu semua.

Sang adik sesekali bergeming. "Apakah aku harus malu, ketika aku memiliki kakak yang masih harus diperbaiki seperti itu? Aku adalah seorang aktivis? Tapi itu semua adalah ujian-Nya. Untuk apa aku malu. Itu adalah ladangku juga di keluarga. Dia adalah kakakku. Dan aku adalah adiknya. Untuk apa aku merasa malu? Itu adalah ujian dari Allah untukku?" Berulang kali sang adik bergeming dan membatin.

Sekitar 10 hari sudah, sang ibu telpon. Ternyata belum ada kabar baik dari keluarga, bahwa sang kakak memang belum kembali ke rumah. Hati semakin remuk redam. Sang adik merasa takut, "Ada apa dengan kakakku Ya Allah?"

"Ya sudah Bu, Insya Allah akhir pekan ini tak pulang." kata sang adik.

Akhirnya waktu yang ditentukan pun tiba, sang adik pulang. Di rumah, mulanya sang ibu yang bercerita di dapur sambil membantunya memasak. Dari cerita yang mengalir, rasa-rasanya sang adik semakin tidak kuat untuk menahan air matanya. Namun, ia tahu klo ia tidak mampu membendung air mata, ia takut kalau orang tuanya apalagi ibunya bertambah sedih. Akhirnya sanga dik memilih diam dan hanya berulang kali menggangguk-anggukkan kepala tanda mengerti ketika sang ibu menceritakan kisah sang kakak. Beberpa problem yang ternyata sang adik tidak menyangka jikalau sang kakak sebelum pergi meninggalkan rumah ada sebuah persoalan yang cukup membuat kami semua shock dan benar-benar harus bersabar.

"Innalillaahi wa innaa ilaihi rooji'uuna... Semua berasal dari-Nya dan semua akan kembali kepada-Nya pula." Kalimat ini yang berulang kali diucapkan di bibir dan hati sang adik untuk menguatkan hatinya. Beberapa saat kemudian, sang ayah menyusul dan mendekati kami berdua untuk turut bergabung.

"Yo, kowe nduk, nggak usah terlalu berat-berat mikir soal masmu. Ben bapak karo Ibu sing mikir. Kowe dipikir kuliahmu ae. Nggak usah mikir terlalu berat-berat." Kata sang bapak sambil menguatkan hatinya juga untuk menahan kesedihannya. Sang adik tahu betul bagaimana sang bapak. Meski awalnya Ibu tidak boleh memberitahu sag adik soal ini semua. Karena sang ayah takut jika kuliahnya terganggu karena turut memikirkan hal ini. Terlihat mata sang ayah merah dan terpancar wajah sayu di mukanya. Pertanda betapa dalamnya sang ayah memikirkan sang kakak. Sang adik terus mencoba untuk menahan dan menguatkan hatinya agar bisa tetap berbicara, berkomentar tanpa air mata harus keluar.

*****

Waktu pulang tiba. Setelah berpamitan kepada kedua orang tuanya, sang adik harus kembali lagi ke kota tempat ia kuliah.Hari-hari terus berlalu, doa-doa terus dipanjatkan. Telpon miliknya akhirnya berdering dan dilihatnya terlihat tulisan "My Sweet Home". Sang adik mengangkatnya. Salam terucap dan ternyata Ibunya yang menelponnya.

"Nduk, alhamdulillah, masmu wis mantuk." Kata sang Ibu dengan nada lirih.

"Alhamdulillah..." Jawab sang adik dengan menahan air matanya dari menerima telpon.

"Ibu, setiap malem trus do'a nduk, mugo-mugo anakku ndang mbalik omah. Sing penting waras nduk... Ibu, doa terus nyuwun Sing Kuwoso. Trus akhire pas mase muleh, Bapak terus nakoni. Wis dijawab kabeh, Bapak karo Ibu ono nangkono sisan. Jarena muleh kuwi, kok masmu ngomonge susah pas lungo kuwi. Pengene mulih ae... kelingan ae karo Ibu. Rasa-rasanya pengen ndang mulieh kelingan Ibu, mbuh nggak ngerti pokoke susah, kelingan ae karo Ibu." Jawab sang Ibu.

Setelah pembicaraan selesai, telpon dimatikan, sang adik meneteskan airmatanya dan langsung ia sujud syukur sebagai tanda rasa syukurnya kepada Allah yang telah memulangkan sang kakak ke rumah melalui doa-doa yang ibu panjatkan.

*****

Subhanallah...
Kekuatan doa memang sangat luar biasa.
"Surga ada di bawha telapak kaki Ibu."
"Rasulullah tiga kali memanggil nama Ibu daripada Ayah/Bapak ketika ada seorang sahabat yang menanyakan siapa yang harus paling ia hormati."
"Rasulullah menyediakan karpet permadani yang bagus ketika menyambut seorang perempuan yang dulu pernah menyusuinya."

Betapa kedudukan seorang perempuan/ibu sungguh luar biasa. Terutama sang ibu yang ikhlas cinta kepada anak-anaknya, meskipun sang anak seringkali melukai dirinya. Kekuatan Doalah yang kemudian mengembalikan sang kakak pulang ke rumah. Kekuatan Doa pulalah, yang menghantarkan kemudahan, kekuatan, dan kesabaran dalam menjalani detik demi detik ujian yang manusia jalani.

Kekuatan doa itu...

0 komentar:

Posting Komentar