INFO

DALAM RANGKA TAHUN BARU MASEHI #2012: BLOG SEDANG DIPERMAK ULANG.

Hidup kok penuh "taklimat"

Written By Informasi singkat tentang saya on Kamis, 20 Desember 2007 | 19.54

Kalimat ini muncul di saat kondisi ruhiyahku mulai menurun, aktivitas mulai banyak. Setiap kali liqo’ sang murobbi pasti tak lupa berkata, “Sebentar dek, ada taklimat. Daripada lupa…” Kalimat taklimat…, taklimat…, itu sepertinya sudah cukup sering nangkring di telingaku. Hingga sebenarnya aku bosan sendiri mendengarnya. Namun, aku sadar kondisi ruhiyahku mulai drop. Tak banyak protes yang kuberikan. Paling hanya kujawab Insya Allah. Itupun kalau tidak ada acara di tempat (kantor/organisasi) lain. Jika ada pun, sontak aku langsung mengatakan, “Mbak, aku ada acara ini e…”. Sekalipun ruhiyahku drop, akupun tetap siaga dan tetap menggunakan akal sehatku untuk tetap berpikir jernih, mana yang lebih membuatku enjoy dan bermanfaat.

Secara pengamatan, taklimat ku maknai sebagai sebuah keharusan untuk bisa menghadirinya. Yah… di sini aku harus belajar berpikir positif lah mengenai taklimat-taklimat yang diberikan. Selain dilihat dari berbagai sudut pandang. Iya juga sih, kalau aku diposisikan menjadi panitia penyelenggara suatu acara dan ternyata tidak ada yang hadir? Yah, mungkin taklimat untuk harus hadir adalah salah satu sarana efektif untuk meminta kader menghadiri acara yang diadakan.

Pikiran taklimat adalah sebuah keharusan untuk hadir, ternyata tidak dimaknai sama oleh slaah seorang akhwat sekamar denganku. Dia memaknai taklimat sebagai sesuatu yang tidak wajib untuk dihadiri menurut dirinya. Hufff… capek deh…. Meski demikian, aku pun harus tetap siaga menggunakan akal sehatku dan tidak begitu mudahnya terpengaruh itu. Karena cukup aku sadari bahwa ketika aku mengikuti makan taklimat versi si akhwat ini, bisa-bisa aku menjadi kacau dan sering tidak menghadiri taklimat yang diberikan sekalipun tidak ada acara lain. Sepintas pemikiran untuk mengikutinya, emang enak. Akan tetapi berbahaya jika menyakini dan kemudian mengikuti. Taklimat, seperti apapun itu, harus kumaknai sebagai perintah untuk wajib dihadiri dengan tetap tidak mengesampingkan kepentingan lain yang lebih mendesak dan penting.

Jika, bermasalah dengan enjoy dan tidak enjoy… pernah juga sih. Tapi alhamdulillah sang hati diri sering mengingatkan kepada salah satu hadits Rasulullah saw, bahwa orang mukmin diperintahkan untuk senantiasa memperbaharui niatnya. Kita sebagai mukmin, kita mengaku sebagai aktivis dakwah, sekalipun ruhiyah kita rasa lagi drop seperti apapun itu, akal sehat harus tetap dijalankan. Hati kecil tetap diperhatikan. Batasan-batasan dan aturan-aturan yang sudah digariskan jangan sampai dilanggar dan terlupakan atau bahkan sengaja dilupakan. Karena di saat ruhiyah kita drop itulah sebenarnya titik minimum di mana kita diuji oleh Allah, betapa hati kita sebenarnya memang benar-benar membutuhkan ketenangan, ketentraman, dan makanan agar bisa kembali sensitif terhadap sekitar. Bagaiman kita diuji oleh Allah, bahwa sebenarnya kita butuh Allah dan memang benar-benar hanya mengingat Allah lah, hati akan tenang.

So, enjoy aja dengan taklimat. Kalau hati mulai resah dan reseh dengan taklimat, padahal tidak ada keperluan lain yang sifatnya lebih penting dan mendesak, maka pertanyakanlah ruhiyah kita. Sudah cukup kita beri makankah dia? Dan tidak perlu malu atau segan, ketika kita atau orang lain yang mempertanyakan kualitas ruhiyah kita. Kalau memang drop akui saja, dan justru itu menjadi koreksi bagi diri kita untuk terus menerus berusaha memperbaikinya dan terus meminta nasihat pada orang-orang sholeh.

0 komentar:

Posting Komentar