INFO

DALAM RANGKA TAHUN BARU MASEHI #2012: BLOG SEDANG DIPERMAK ULANG.

Ikutlah dalam roda sejarah, maka engkau akan dikenang

Written By Informasi singkat tentang saya on Minggu, 13 Januari 2008 | 07.38

Sejenak berpikir dan merenung sewaktu saya masuk aktif menjadi pengurus KAMMI Daerah Surabaya. Saya masuk langsung naik ke KAMMDA. Sedikit banyak menyalahi prosedur sebenarnya. Yang secara konsensus, sebelum aktif di KAMMDA, diharuskan di komisariat dulu. Namun, karena sebelumnya harus aktif di kampus dan ya karena inilah yang terbaik, saya pun menerimanya.

Kondisi kampus yang saya rasakan cenderung “adem ayem” entah kenapa membuat saya seperti semakin tidak betah saja untuk bertahan di sana. Kampus yang saya rasa kurang tantangannya untuk model saya yang menginginkan tempaan yang lebih dari itu. Akhir periode di kampus (meski sebenarnya saya masih diminta di kampus, tapi saya menolaknya), tawaran untuk aktif di KAMMDA pun saya terima. Saya merasakan sebuah kegembiraan tersendiri. Karena saya melihat di KAMMI tantangannya lebih ada daripada kampus yang saya huni sekarang ini.

Bertemu dan bertaaruf dengan model banyak orang di KAMMDA Surabaya ini. Cerita demi cerita, banyak yang mengeluh dan bercerita tentang kisah mereka sewaktu mengikuti roda sejarah di KAMMI terutama komisariat. Beberapa orang mengisahkan dan salah seorang al-akh sempat berucap kepada saya, “anti kan nggak melu sejarah yo ukh.” Ternyata di kesempatan lain waktu kalimat dengan nada yang sama pun keluar kembali.

Ya, saya kadang merasa menyesal ketika saya tidak menjadi bagian roda sejarah dakwah terutama KAMMI. Tidak berangkat dari komisariat, sehingga tidak tahu banyak persoalan-persoalan yang ada di lapangan terkait dengan KAMMI. Yang ada hanyalah cerita-cerita sejarah dari para pelaku sejarahnya. “Kenapa ya saya dulu tidak ikut dalam roda sejarah KAMMI Komisariat? Sayang saya tidak ikut.” Sesekali saya mengatakan itu kepada diri saya sendiri. Akan tetapi saya cukup teringat bahwa, apa yang sudah berlalu ya sudah. Kita ambil pelajarannya saja dan tidak perlu terlalu menyesali itu. Menyesali boleh tapi sewajarnya saja dan kemudian lebih pentingnya lagi adalah kita melakukan gerak yang progresif di kemudian hari dengan waktu dan tempat yang mungkin berbeda.

Atas dasar inilah kemudian saya mencoba untuk menginginkan turut ikut dalam pembangunan sejarah. Bagaimana yang belum ada, diadakan. Yang belum terlaksana, dilaksanakan. Yang mati, dihidupkan. Yang berselisih, didamaikan. Yang terdzolimi, diperjuangkan. Yang keliru, diluruskan.

Saya teringat ceramah dari seorang ustadh besar yang luar biasa, Ustadh Anis Matta, sewaktu beliau mengisi kajian di Masjid Ketintang, Telkom Divre V. Waktu itu beliau menceritakan bahwa, kita harus mulai menulis sejarah. “Sesekali kita bertanya kepada teman kita, suami/istri kita, tetangga kita, tentang pendapatnya mereka tentang kita. Apa pendapat mereka tentang kita ketika kita meninggal kelak? Apa yang mereka kenang dari kita?” Kata sang ustadh dengan semangatnya.

Ya... ya... Menyambung di paragraf sebelumnya, bahwa sebenarnya turut dalam roda sejarah, itu dapat memberikan satu poin dalam hal penulisan sejarah hidup kita. Bahwa kita tahu betul, bagaimana perkembangan organisasi yang kita ikuti. Bagaimana perjuangannya para ikhwah waktu itu termasuk kita mungkin, dan sebagainya. Seharusnya kita menyiapkan dari awal dan meniatkan dari awal untuk siap turut dalam roda sejarah untuk memberikan kontribusi kita. Sehingga kita pun bisa menorehkan kisah cerita sejarah hidup kita. Dengan keinginan berada dalam roda sejarah, sudah barang tentu semangat untuk terus memperjuangkan idealisme-idealisme itu akan tumbuh terus. Allahua’lam bishowab.

0 komentar:

Posting Komentar