INFO

DALAM RANGKA TAHUN BARU MASEHI #2012: BLOG SEDANG DIPERMAK ULANG.

Kibarkan Merah Putih, Tentang Privatisasi!!!

Written By Informasi singkat tentang saya on Jumat, 04 April 2008 | 10.30

Kamis (3/4), kemaren, adalah hari yang hmm... lumayan rada panas.Meski udara nggak begitu panas, tapi suasana kok rada panas. Bukan karena hawa atau AC yang dipanasin, tapi karena informasi yang kita terima ketika berkunjung ke Telkom Divre V Ketintang Surabaya. Tapi kita alhamdulillah masih terus menahan emosi itu.

Kita (KAMMI Surabaya), memang tengah menjadwalkan hari Kamis itu untuk berkunjung ke Telkom. Terkait dengan informasi akan dijual kembalinya Telkom. Kita semua tahu bahwa ketika BUMN diprivatisasi/dijual itu apa akibatnya. INDOSAT adalah salah satunya. Di satu sisi, mungkin kita sebagai penggunanya merasa senang karena tarif relatif rendah, hingga sekarang iklannya 0,00000000001...... dst (pembodohan saja!!!!). Info terbaru adalah terkait dengan permintaanpembukaan KODE AKSES telkom. Kode Akses yang di maksud di sini adalah kode tambahan yang ditambah atau diberikan sebelum kode area. Untuk telkom 017, dan untuk indosat 011. Misalnya, anda punya nomer telpon031-7167XXX. Klo kode akses dibuka/pake kode akses maka akan ditambahi 011317167XXXXXX. or klo telkom017317167XXXXXX.

Dampak dari pembukaan kode akses ini antara lain:

1. Terbukanya ruang privasi seseorang/lembaga/ lainnya.Informasi yang ada akan dengan mudah didengar/diakses begitu saja. Dalam hal ini, Singapura. Sudah tidak ada yang namanya pembicaraan rahasia

2. Dengan mudah dan enaknya Singapura akan mengerukkeuntungan dari apa yang telah telkom bangun selama ini. Ibaratnya telkom yang kelelahan bekerja keras membangun, merawat, dan membangun jaringan-jaringan di pedesaan-pedesaan, tapi mereka yang dengan enaknya mengeruk keuntungan. Selain itu, dengan adanya iklan tarif muraaaaaaaaaaaaaaaah bangettttz (katanya begitu) silahkan di cek sendiri apakah itu benar? yang katanya 0,0000000001. ........ ternyata klo IM3 ketika diwaktu 14 menit 50 detik, mati. Bukan karena salurannya yg eros, tp memang disetting seperti itu.

Klo XL, yang katanya sampe puazzz (klo ga salah gitu ya..), ternyata itungannya adalah di awal bayar, habis itu gratis, habis itu bayarrrrrrrrrrrrr teruuuuuuuuuuuuuus. Sempat digambarkan, ibarat saluran kabel, telkom yang membangun jaringan, merawat dll,, eh ternyata ada yang ambil nyambung kabel di tengah kabel itu. Tanpa dana, tapi dapet keuntungan. Ibarat jalan tol, indosat membangun jalan tol sendiri di dekat jalan tolnya telkom, eh lha kok indosat tiba-tiba nyelonong buat jalan yg menembus jalan tolnya telkom. Gak banyak biaya, tapi keuntungan luar biasa!Klo Telkom sebenarnya memang sudah diprivatisasi seh, cuman sekitar 51% ternyata masih milik pemerintah. Lha kalo di minta semuanya 100%???? Waah, Indonesia bakal punya apa. Ayo rame-rame pake kentongan aja. Hehehe….

Klo apa-apa sudah dimiliki oleh Singapura/negara asing lainnya, lalu apa yang Indonesia punya???? Klo kata temen saya, ya salahnya sendiri pengelolanya gak pinter... Tapek deh... Bangsa yang sekarang sudah mayoritas jadi kemiskinan, kini akan dimiskinkan lagi. Sudah dapet minyak tanah mahal, sulit, gas elpiji juga sama. Belum lagi PLN yang hendak akan diprivatisasi.

Ingat, hati-hati dengan iklan tarif rendah. Rendah diawal adalah itu jebakan!!! Saya ingat ketika PLN menyampaikan bahwa apabila masyaratat beli listrik ke PLN, maka sebenarnya dampaknya adalah untuk masyarakat (dalam itungan jangka panjang). Itung-itungan kasarnya adalah, duit yang dikeluarkan PLN (modal) untuk memangun semuanya itu dengan harga jual yang ditetapkan PLN, maka klo dihitung baru akan kembali sekitar 25 tahun. Jika diprivatisasi, selama 3 tahun saja modal sudah kembali. Padahal kita tahu, berapa lama kontraknya pemerintah dengan asing? selama 30 tahun. So, selama 27 tahun lamanya? duit kita kemana???? ya ke asing to???

So? Kibarkan Merah Putih untuk Indonesiaku.
"Sebenarnya hari ini (3/4) adalah hari setengah tiangbuat telkom" Kata Pak Bowo, Wakil Ketua I DPW SekarTelkom.

0 komentar:

Posting Komentar