INFO

DALAM RANGKA TAHUN BARU MASEHI #2012: BLOG SEDANG DIPERMAK ULANG.

Hanya Ingin Berteriak: PKL juga perlu cari makan dengan halal!

Written By Informasi singkat tentang saya on Kamis, 11 Desember 2008 | 23.41

Syahdan, ada sebuah cerita seorang raja yang menangkap seorang rakyatnya karena kedapatan mencuri sebuah roti di pasar. Seorang laki-laki paruh baya yang ditangkapnya mencoba untuk membela diri, "Wahai raja, ampunkan hamba. Hamba perlu makan, karena sudah dua hari tidak makan. Perut hamba lapar wahai raja, dan hamba tidak memiliki harta sepeser pun."
Sang raja pun seolah tidak menghiraukan laki-laki tersebut. Akhirnya sang raja memerintahkan pengawalnya untuk memenjarakan laki-laki tersebut. "Sebentar wahai raja!" kata sang laki-laki itu.

"Sebelum raja menghukum saya, biarkan sang penyihir menyihir raja untuk menjadi orang seperti saya. Sehingga raja bisa merayakan apa yang saya rasakan." bela laki-laki itu.

Al hasil, sang raja pun menyetujuinya. "Bim salabim!" Tiba-tiba sang raja pun berubah menjadi orang dengan kondisi yang sama dengan laki-laki paruh baya tadi. Pakaian compang camping dan tidak memiliki sepeser uang pun. Kondisi itu dialami sang raja dengan menyedihkan. Seharian ia tak bisa makan, sehingga perutnya pun keroncongan. Sebagai seorang raja yang setiap harinya memiliki makanan dan harta berlimpah tentu tidak kuat menahan laparnya. Harta pun tidak ia miliki. Hingga akhirnya ia berjalan-jalan ke pasar dan melihat sebuah toko roti yang menarik dirinya untuk bisa mencurinya.

"Tidaaaak.... Aku tak tahan lagiiiiiii..... Kembalikan aku pada keadaan semula." ronta sang raja.

Akhirnya sang penyihir pun mengembalikan sang raja pada keadaan semula, menjadi raja yang berlimpah harta kekayaan.

"Baiklah, kalau begitu. Aku merasakan apa yang kau rasakan wahai rakyatku. Sungguh, aku telah menyengsarakan rakyatku. Aku di sini berlimpah harta dan berkecukupan. Tapi aku tidak melihat tenryata ada rakyatku yang kesulitan untuk makan. Baiklah. Kamu kubebaskan. Dan mulai sekarang aku akan berkeliling kepada rakyatku untuk melihat keadaan mereka. Dan akan kupenuhi kesejahteraan mereka." kata sang raja

Sang laki-laki itu pun dibebaskan tanpa hukuman apapun dan diberikannya bekal berkecukupan untuk pulang.

***
Pertanyaannya adalah: Adakah penyihir saat ini yang bisa menyihir para pejabat kita itu untuk menjadi laki-laki seperti yang digambar dalam cerita di atas?

Entah, apa yang ada di pikiran para pejabat kita itu. Dengan dalih ingin merapikan dan mengatur tata kota, apakah berarti dengan menindas rakyat-rakyat yang ingin memenuhi perut mereka dengan halal?

Sebut saja, PKL (Pedagang Kaki Lima). Akhir-akhir ini, dunia kita diramaikan kembali dengan adanya berita miris: pengusiran para PKL. Dengan dalih penertiban pula, tak pelak jika PKL ini melakukan perlawanan ketika satpol PP mencoba untuk merusak atau membawa aset berharganya itu.

"Pak....jangan pak. Itu lho masih panas, ada dandangnya (sebutan untuk panci besar, biasanya untuk tempat memasak masakan berkuah dalam kuantitas banyak)." kata seorang PKL yang hendak diusir satpol PP di Surabaya.

PKL Juga Perlu Makan Bos!
Kata siapa PKL itu makhluk mati yang tidak perlu makan? Mereka adalah manusia yang perlu bertahan hidup dengan memenuhi kebutuhan primernya berupa makan. Sungguh tersenyumnya dunia ini ketika para pejabat-pejabat itu ada PKN-nya (Praktek Kerja Nyata) menjadi PKL. Kira-kira apakah mereka betah atau tidak. Kayak cerita di atas itu.

Dalih perlunya penertiban dan perapian tata kota adalah sebuah hal yang memang perlu dihargai. Karena setiap apa yang dikonsepkan pemerintah, saya pikir ada sisi positifnya untuk bisa diambil. Namun, apa jadinya jika sang pelaku penggusuran masih berpikir layaknya seorang anak kecil yang masih mengedepankan egonya. Dalam hal ini saya pikir perlu adanya sebuah soalusi. Jangan digusur dulu baru beralasan akan dipindahkan/akan dibuatkan tempat baru.

Seharusnya tempat yang akan diberikan itu sudah disediakan terlebih dahulu. Tentunya pengalihan tempat tersebut cukup strategis. Alasan mereka tentu masuk akal. Sehingga tidak terkesan asal-asalan mengusir dan hanya asal sekedar memenuhi citra prasyarat memindahkan saja.

Pekerjaan Halal pun diusir
Tidak dipungkiri bahwa semakin hari semakin tidak mudah saja berkomptisi untuk mendapatkan sesuap nasi dengan cara halal. Kalau bukan karena keimanan yang kuat kepada sang Pemberi Kekayaan tentu akan menjadi sebuah bencana tersendiri bagi bangsa ini. Bagaimana tidak? Sulitnya mencari pekerjaan, memiliki pekerjaan misalnya berjualan di pinggir jalan (PKL) saja diusir dengan dalih penertiban.

Memang siy, ketika pemerintah melakukan "penertiban" tersebut memang ada yang sudah diberikan peringatan sebelumnya. Meskipun ada juga yang langsung tiba-tiba. Namun, Bangsa Indonesia adalah bangsa yang katanya memiliki martabat yang tinggi. Tentu dalam hal ini rasa kemanusiaan atau humanismenya haruslah nampak. Ibarat orang punya hutang, si pemilik memang punya hak untuk menagihnya ke si penghutang ketika sudah jatuh tempo perjanjian pengembalian. Akan tetapi, tidak serta merta pula si pemilik lantas memaksa untuk segera mengembalikan ketika memang kondisi penghutang cukup menyedihkan. Dalam artian sikap moral itu haruslah dikedepankan.

Dalih apapun yang dipergunakan seyogyanya tidak melanggar sisi kemanusiaan manusia itu sendiri. Saya pikir, perjuangan untuk hidup, mendapatkan perlindungan, kesejahteraan & pendidikan adalah hak setiap manusia. Dan tentunya adalah kewajiban pemerintah untuk bisa mensejahterakan rakyatnya. Apa jadinya jikalau pemerintah belum mampu mensejahterakan mereka karena banyak yang dikorupsi uangnya??? Jangan disalahkan 100% pula pada rakyat kecil yang ingin mencari sesuap nasi dengan cara halal. Mereka ingin memenuhi perutnya dengan cara yang halal. Dan tentunya, menjadi PKL dengan cara yang halal adalah lebih baik daripada menjadi pejabat yang korup. Benar bukan? Allahua'lam bishowab.

0 komentar:

Posting Komentar